-->

Merangkul Keindahan Dalam Secangkir Kopi



Menikmati suasana Danau Ranau di pagi hari sungguh menyegarkan, apalagi dengan di temani secangkir kopi panas yang beraroma khas ditemani sejuknya udara sekitar. Setelah melepas lelah dengan tidur panjang semalam, kami telah memulihkan tenaga untuk kembali beraktifitas.
Pasti sahabat petualang setuju perjalanan sejauh 509,4 km bukanlah jarak yang pendek. Sinar matahari pagi nyaris tak terlihat karena tertutup kabut, nun jauh di seberang wisma kami bermalam terlihat siluet Gunung Seminung.


Danau Ranau adalah danau terbesar kedua di pulau Sumatera. Danau yang terbentuk akibat gempa bumi yang dahsyat akibat letusan gunung vulkanik. Sebuah sungai besar yang sebelumnya mengalir di kaki gunung vulkanik berubah menjadi jurang. Berbagai jenis tanaman termasuk semak belukar yang secara lokal dikenal sebagai Ranau, tumbuh di tepi danau dan sisa-sisa letusan berubah menjadi Gunung Seminung.  Gunung yang terlihat hanya siluetnya dari lokasi kami menginap.

Usai menikmati sarapan pagi di hotel kami bergegas menuju produsen kopi Luwak – Kopi yang cukup terkenal di seluruh dunia. Tak cuma karena rasanya yang nikmat tapi harganya pun lumayan mahal. Benar saja, sungguh nikmat, mengecap kopi ternama, langsung dari kebunya. Harga per kilo berkisar antara Rp 400 ribuan sampai jutaan. Sejujurnya kami penasaran mengapa bisa semahal itu? Kami akhirnya mendapatkan jawaban ketika mengunjungi tempat penghasil kopi Luwak yang lokasinya tak jauh dari danau Ranau.

Ditemani Hidayat atau kerap disapa Sangkut – pemilik kebun kopi seluas 5.000 hektar lebih, kami dijelaskan bagaimana ia mampu memproduksi kopi luwak. Ketika tim menyambangi rumahnya di tepi jalan utama Liwa – Ranau tenyata di belakangnya ia memiliki satu ruangan khusus yang berisi banyak kandang kecil. Kadang inilah tempat dimana Musang Luwak dipelihara. Namun saat ini hanya 5 saja yang ada isinya. Isinya adalah Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus).

Ada 2 jenis Musang yang dimiliki Sangkut yaitu Musang Bulan dengan ciri khas ujung ekornya berwarna putih (lebih agresif dan susah jinak) dengan bulu berwarna kecoklatan serta Musang Pandan yang bulunya berwarna kehitaman. Menurut Sangkut aroma wangi khas yang dikeluarkan Musang Pandan ternyata menghasilkan kopi yang lebih nikmat dari Musang Bulan. Kopi Musang Pandan memiliki penggemar yang lumayan banyak.

“Karena kopinya sudah mulai habis maka sebagian besar musang dilepaskan. Nanti kalau musim panen lagi (setiap bulan 2 – bulan 6 ) cari musang lagi dengan memasang perangkap,” perinci Sungkat. Selanjutnya musang yang dimasukan kedalam kandang lalu diberi makan biji kopi yang habis dipetik . Tentunya hanya kopi yang kondisinya paling bagus yang akan di makan, “ imbuhnya.

Biasanya sesudah dipetik biji kopi disortir dulu. Pertama-tama dicari yang warnanya merah rata dan bentuknya bulat. Kemudian direndam di ember berisi air. Biji yang terapung disortir. Yang tenggelam dikumpulkan untuk diberikan pada Musang Luwak. Musang Luwak ini nanti hanya memilih biji kopi yang  terbaik untuk makanannya.

Biji kopi yang dimakan ini selanjutnya terfermentasi dan keluar jadi kotoran berwujud biji kopi. Kotoran ini dikumpulkan dan dipisahkan agar tak lagi berbentuk gumpalan. Setelah itu baru dijemur hingga kering. Barulah biji kopi yang sudah bersih dan kering dibawa ke pabrik pengolahan kopi. Inilah alasannya mengapa Kopi Luwak mahal sekali.  Selain karena proses pembuatannya lumayan ribet, hanya kopi terbaik saja yang dimakan Luwak.

Sebelum kami bergerak menuju lokasi pengolahan biji kopi di daerah Banding Agung, kami disuguhi kopi luwak yang masih panas. Hmmmm.. Nikmat! Kalau penikmat kopi pasti bilang dahsyat.  Karena mesti menjalankan ibadah Sholat Jumat maka diputuskan untuk rehat sejenak dan menunaikan ibadah.

Kami ditemui Pak Khodis di lokasi pengolahan kopi miliknya. Cukup panjang juga penjelasan pria kelahiran Salatiga ini mengenai perkopian. Karena harus bergerak lagi menuju kota Lahat maka seluruh tim pun bergegas.
Total jarak Danau Ranau hingga Lahat 309,4 km. Kami akhirnya merapat di kota Lahat malam hari sekitar pukul 20.00 WIB. Rombongan disambut langsung orang nomor satu di Lahat.
Sahabat Petualang, ikuti terus perjalanan kami selanjutnya, yang pastinya akan menyuguhkan ragam keindahan alam Sumatera lainnya bersama SUV Daihatsu Terios yang kami kendarai. (RAO)


..blog ini lagi ikutan lomba terios 7 wonders dari daihatsu.. 
..doain ngakak beloger yah supaya bisa jadi pemenangnya..


referensi : http://www.daihatsu.co.id/terios7wonders/news

0 Response to "Merangkul Keindahan Dalam Secangkir Kopi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel